PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Jumat (20/5), mengutuk serangan terhadap personel pemelihara perdamaian PBB di wilayah bermasalah di Sudan, Abyei, sebagai "aksi kriminal" dan pelanggaran serius terhadap kesepakatan perdamaian.

Pasukan Sudan Selatan telah dituding sebagai pelaku serangan Kamis (19/5) terhadap personel pasukan pemelihara perdamaian PBB yang sedang mengawal 200 prajurit dari Sudan Utara ke luar wilayah panas sebagai bagian dari kesepakatan guna meredakan ketegangan. Pemerintah Sudan Utara dan kelompok pemberontak Sudan Selatan telah menandatangani kesepakatan perdamaian awal tahun ini.

Sejumlah prajurit PBB dan Sudan Utara cedera, akibat serangan itu.

"Sekretaris Jenderal mengecam keras serangan terhadap satu rombongan pengawal UNMIS (Misi PBB di Sudan)," kata juru bicara PBB Martin Nesirky.

"Serangan tersebut bukan hanya pelanggaran serius terhadap pengaturan antara kedua pihak, tapi juga aksi kriminal terhadap PBB," kata Ban sebagaimana dikutip.

"Sekretaris Jenderal menyeru semua pihak agar segera menyelidiki peristiwa tersebut dan memastikan mereka yang bertanggung jawab diseret ke pengadilan," kata juru bicara PBB.

Ban juga "sangat prihatin" dengan laporan mengenai peningkatan tentara yang memasuki Abyei pada Jumat dan menyeru kedua pihak agar berpegang pada kesepakatan perdamaian. Berdasarkan kesepakatan tersebut, semua pasukan yang berwenang diharuskan keluar dari Abyei.

Militer kedua wilayah Sudan saling melontarkan tuduhan sehubungan dengan serangan itu pada Jumat, ketika pemboman udara dan artileri dilaporkan terjadi.

Amerika Serikat telah menyeru pemerintah Sudan Selatan bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sudan Selatan secara resmi akan memisahkan diri dari Sudan Utara pada 9 Juli dan masa depan Abyei adalah yang paling peka dari sejumlah masalah yang harus diselesaikan oleh kedua pihak. Sudan Utara dan Selatan mengklaim Abyei sebagai wilayah mereka, demikian AFP melaporkan.