Moskow (ANTARA News) -  Pasukan keamanan Rusia membunuh seorang militan utama Al-Qaeda di Chechnya yang mengkoordinir gerilyawan asing di Kaukasus Utara, kata komite anti-teror nasional, Rabu.

Militan yang bernama Doger Sevdet itu adalah seorang warga Turki yang memiliki julukan Abdullah Kurd dan "utusan Al-Qaeda di Kaukasus Utara", kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita Rusia.

Pernyataan itu mengatakan bahwa Sevdet, yang tiba di kawasan itu pada 1991, mengambil bagian dalam perencanaan banyak aksi teror dan serangan terhadap anggota pasukan keamanan dan publik.

Sevdet, yang lahir pada 1977, dan militan rekannya dari Dagestan tewas pada Selasa dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Rusia di daerah Vedesnk, Chechnya, kata pernyataan itu.

Militan itu tewas dua pekan setelah Rusia membunuh seorang militan penting lain Al-Qaeda, gerilyawan Saudi yang dikenal sebagai Moganned dalam apa yang disebut analis sebagai salah satu keberhasilan keamanan terbesar di kawasan itu selama beberapa tahun ini.

Kematian Sevdet itu juga diumumkan setelah pembunuhan pemimpin global Al-Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan AS di Pakistan yang disebut Kremlin sebagai "keberhasilan serius dalam perang melawan terorisme internasional".

Pada 18 April, pasukan keamanan Rusia membunuh seorang pemimpin gerilya muslim yang mendalangi serangan-serangan di Kaukasus Utara dan mengancam Moskow, kata pihak berwenang federal.

Kantor-kantor berita Rusia mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK) yang mengatakan, pasukan keamanan menembak mati Israpil Validzhanov dan tiga rekannya di Dagestan, provinsi sebelah timur Chechnya yang dilanda kekerasan.

Validzhanov adalah wakil utama di Dagestan untuk pemimpin gerilya Kaukaus Utara, Doku Umarov, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di bandara terpadat Moskow pada Januari yang menewaskan 37 orang.

"Pasukan khusus bersama aparat penegak hukum membunuh empat anggota aktif penjahat bawah tanah, termasuk pemimpin penjahat Dagestan, Israpil Validzhanov," kata kantor berita pemerintah RIA mengutip NAK.

Validzhanov, yang di kalangan gerilyawan dikenal sebagai Amir Khasan, menjalani pelatihan pada 1998 di sebuah kamp militan separatis di Chechnya, dimana ia memerangi pasukan Rusia yang memasuki wilayah itu pada tahun berikutnya pada bagian kedua dari dua perang sejak 1994, kata NAK.

Komite itu menambahkan, Validzhanov juga bertanggung jawab atas puluhan serangan sejak perang mereda satu dasawarsa lalu.

Rusia telah lama menghadapi kekerasan muslim di wilayah selatan negara itu.

Pada 24 Januari, seorang penyerang bom bunuh diri dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terbesar Moskow, Domodedovo.

Moskow berulang kali dilanda serangan pada tahun lalu yang dituduhkan pada muslim garis keras dari wilayah Kaukasus Utara.

Dua pemboman yang dilakukan dua wanita penyerang bunuh diri di metro Moskow pada 29 Maret 2010 menewaskan 40 orang dan melukai lebih dari 100.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis, demikian AFP melaporkan.