Seoul (Fokus/ANTARA News) - Korea Utara mengumumkan Jumat pihaknya akan meluncurkan sebuah roket pembawa satelit bulan depan, hanya 16 hari sesudah menyepakati akan menunda uji coba rudal jarak jauh sebagai imbalan bantuan makanan besar-besaran AS.
Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan mengecam rencana tersebut dan mengatakan hal itu sebagai pelanggaran terhadap ketetapan larangan Perserikatan Bangsa Bangsa menyusul peluncuran-peluncuran sebelumnya, lapor AFP.
Peluncuran akan dilakukan antara 12-16 April untuk memperingati 100 tahun kelahiran pemimpin Kim Il-Sung, kata kantor berita dan televisi resmi negara komunis tersebut.
Kementerian Luar Negeri AS menyebut rencana peluncururan itu sebagai "sangat provokatif" dan ancaman bagi keamanan regional.
Hal itu juga tidak konsisten dengan pengumuman moratorium uji coba rudal, kata juru bicara Victoria Nuland dalam sebuah pernyataan.
Kejutan kesepakatan 29 Februari, dimana mana Pyongyang juga berjanji akan membekukan instalasi pengayaan uranium, telah menumbuhkan harapan peredaan ketegangan di bawah rezim baru pimpinan Kim Jong-Un.
Namun seorang analis mengatakan pengumuman Jumat itu secara efektif membunuh kesepakatan, dimana AS akan memberikan negara lapar dan miskin itu 240.000 ton makanan selama setahun.
Pyongyang meninggalkan pembicaraan pelucutan nuklir enam pihak sebagai protes atas kecaman dan melakukan uji coba senjata atom keduanya pada bulan berikutnya.
Korea Utara menandaskan peluncuran satelitnya adalah untuk tujuan ilmiah damai sementara AS dan negara-negara lain menyebutnya uji coba rudal dengan kedok.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 1874, yang dikeluarkan sesudah uji coba nuklir kedua Korea Utara, meminta bahwa negara itu "tidak melakukan uji coba nuklir lebih jauh apapun atau peluncuran apapun menggunakan teknologi rudal balistik".
Kementerian luar negeri Korea Selatan mengatakan peluncuran apapun akan melanggar resolusi tersebut dan menjadi sebuah "tindakan provokatif, berbahaya".
Jepang, yang wilayah udaranya dilewati roket 2009, juga mengatakan peluncuran tersebut melanggar dekrit PBB dan negara itu "dengan sangat meminta pengekangan diri".
China, donatur ekonomi utama Korea Utara, mendesak "semua pihak agar menjalankan peran konstruktif" dalam menjaga perdamaian di semenanjung tersebut.
Korea Utara mengatakan roket Unha-3 akan meluncurkan satelit observasi bumi orbit kutub buatan sendiri yang dikenal sebagai Kwangmyongsong-3.
Mengulangi argumennya pada 2009, Korea Utara mengatakan satelit semacam itu membantu pembangunan ekonomi dan selaras dengan penggunaan ruang angkasa secara damai.
Peluncuran itu "akan sangat menyemangati angkatan darat dan rakyat...dalam membangun sebuah negara yang berkembang," tambahnya, ketika negara itu menyiapkan perayaan massal seratus tahun pada 15 April dan Kim muda mencoba untuk memoles citranya sebagai pemimpin yang kuat.
"Orbit penerbangan aman sudah dipilih sehingga puing-puing roket yang akan dihasilkan selama penerbangan tidak akan berdampak terhadap negara-negara tetangga," katanya.
Korea Utara mengatakan roket tersebut akan diluncurkan arah selatan dari sebuah lokasi baru yang negara itu telah kembangkan di Tongchang-ri di ujung barat daya negara itu.
Unha-3 dikenal di luar Korea Utara sebagai Taepodong-3 dan secara teoritis mampu mencapai wilayah AS, kata Baek Seung-Joo dari Institut Analisis Pertahanan Korea.
"Menyusul dugaan upaya peluncuran satelit pada 2009, ini merupakan taktik lain untuk menumpuk tekanan terhadap Amerika Serikat dengan melakukan uji coba peluncuran roket yang dapat dengan mudah diubah menjadi penggunaan senjata," kata Yang Moo-Jin dari Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
"Negara itu juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia telah menjadi negara kuat dengan kehebatan teknologis dan militeris ketika negara itu memasuki era baru di bawah Jong-Un dan memperingati ulang tahun ke-100 Kim Il-Sung," kata Yang kepada AFP.
Kim Jong-Un adalah cucu Kim Il-Sung. Dia mengambilalih kepemimpinan sesudah ayahnya sendiri Kim Jong-Il meninggal pada 17 Desember.
Kim Yong-Hyun, dari Universitas Dongguk Seoul, mengatakan Korea Utara akan menegaskan peluncurannya adalah untuk tujuan-tujuan ilmiah damai dan tidak terkait dengan moratorium uji coba rudal.
"AS akan, tentu saja, mengambil respon keras, menganggapnya sebagai peluncuran rudal jarak jauh," katanya kepada AFP, menambahkan tidak jelas apakah hal itu akan menggagalkan perundingan.
Namun Daniel Pinkston, analis berbasis di Seoul pada Interntional Crisis Group, mengatakan pengumuman tersebut berarti kesepakatan Februari dengan Amerika Serikat "sama sekali sudah mati".
Roket-roket seperti itu, katanya kepada AFP, adalah "teknologi guna ganda secara inheren jika anda dapat meluncurkan satelit anda dapat melepaskan hulu ledak jarak jauh".
Peluncuran itu akan berlangsung hanya sesudah pemilihan umum Korea Selatan 11 April.
Korea Utara menentang keras partai konservatif yang berkuasa, yang membatalkan bantuan dan kebijakan keterlibatan pemerintah liberal sebelumnya.
Editor : Jendri Frans Mamahit
0 komentar:
Posting Komentar