Amman (Fokus/ANTARA News/Xinhua-OANA/AFP) - Yordania pada Sabtu menolak sebagai tak berdasar beberapa laporan yang mengatakan bahwa negaranya telah digunakan sebagai transit oleh para penyelundup senjata Arab Saudi untuk dikirimkan kepada para pemberontak Suriah, kata kantor berita Petra yang dikelola negara.

"Laporan-laporan itu tidak berdasar dan tidak ada perubahan posisi Yordania terhadap Suriah," kata Menteri Komunikasi dan Urusan Media yang juga juru bicara pemerintah Rakan Majali pada Sabtu.

Beberapa laporan media menunjukkan pada Sabtu bahwa para penyelundup di Arab Saudi telah mengirimkan senjata dan peralatan militer melalui rute Yordania kepada Tentara Pembebasan Suriah, yang sebagian besar terdiri dari tentara pembelot yang menentang pemerintah Suriah di bawah rezim Bashar al Assad.

Menurut berita-berita sebelumnya, Arab Saudi telah mengirim peralatan militer ke pemberontak Suriah dalam usaha menghentikan pertumpahan darah oleh pemerintah Presiden Bashar al-Assad, kata seorang diplomat penting Arab, Sabtu.

"Peralatan militer sedang dalam perjalanan menuju Yordania untuk mempersenjatai Tentara Pembebasan Suriah," kata diplomat yang tidak bersedia namanya disebutkan itu kepada AFP.

"Ini adalah prakarsa Arab Saudi untuk menghentikan pembunuhan di Suriah," tambahnya dan mengatakan "rincian lebih jauh akan diumumkan kemudian."

Pengumuman itu muncul dua hari setelah kerajaan itu mengatakan pihaknya akan menutup kedubesnya di Suriah dan menarik semua stafnya.

Pengumuman itu muncul setelah satu pertemuan singkat membicarakan krisis Suriah pekan lalu antara Raja Abdullah dari Yordania dan Raja Arab Saudi di Riyadh.

Tidak ada reaksi resmi mengenai pernyataan itu dari Riyadh dan Amman, yang bulan ini menyerukan solusi diplomatik krisis Suriah, diperkirakan Yordania termasuk di antara yang terkena dampak terburuk akibat konflik itu.

Yordania berbatasan dengan Suriah di utara, tempat lebih dari 65 persen transit perdagangan. Menurut para pejabat lokal, sekitar 80.000 warga Suriah melarikan diri ke kerajaan itu sejak Maret 2011.

Riyadh bersikap keras terhadap pertumpahan darah yang meningkat dan bersama dengan lima mitra Dewan Kkerja Sama Teluk mengusir utusan-utusan Suriah bulan lalu dan menarik para utusan mereka karena "pembunuhan massal" warga sipil itu.

Awal bulan ini, Menlu Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal secara terbuka membela hak oposisi Suriah untuk mempersenjatai dirinya.