Tripoli (ANTARA News/Reuters) - Koalisi negara Barat dan Arab sepakat untuk memberikan bantuan jutaan dolar AS kepada pemberontak Libya untuk membantu mereka dalam menggulingkan Muammar Gaddafi, yang berkuasa sejak tahun 1969.

Para menteri dari kelompok kontak Libya yang anti-Gaddafi, termasuk di antara mereka Amerika Serikat, Prancis, Inggris dan Italia serta Qatar, Kuwait dan Jordania sepakat di Roma, Kamis, untuk menyediakan dana non-militer untuk membantu pemberontak, yang kini sangat kekurangan dana.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan Washington akan berusaha mengubah undang-undang untuk memungkinnya membuka kunci sekitar 30 juta dolar AS dari dana negara Libya yang dibekukan di AS untuk membantu gerakan pemberontak.

Wakil Menlu Libya Khaled Kaim mengecam usaha-usaha untuk menggunakan aset yang dibekukan untuk membantu pemberontak. "Setiap penggunaan aset yang dibekukan sama halya dengan pembajakan di laut lepas," katanya.

"Mereka (pemberontak) bukan pemerintah yang sah. Mereka bukan satu negara. Negara Libya tidak terbagi dua sesuai dengan referendum atau satu resolusi PBB," katanya kepada wartawan di Tripoli. "Ini ilegal ... Jika kita tetap bungkam tentang itu, saya kira kita seperti tinggal di hutan."

Italia, tuan rumah pertemuan itu, mengatakan dana khusus sementara akan disediakan untuk disalurkan kepada pemerintah pemberontak di pangkalannya di Benghazi, Libya timur.

Kuwait menjanjikan 180 juta dolar AS dan Qatar menjanjikan 400 sampai 500 juta dolar. Prancis mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan sumbangannya bagi dana itu, yang harus dapat digunakan dalam beberapa pekan ke depan.

Seorang pejabat senior AS mengatakan hanya sebagian kecil dari dana Libya yang dibekukan Washngon mungkin diserahkan kepada pemberontak dan uang tunai tidak akan disalurkan ke dana itu.

Seorang pejabat lain mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencairkan lebih dari 150 juta dolar AS bagi tujuan-tujuan kemanusiaan.

Di Zintan, barat-daya Tripoli, seorang juru bicara pemberontak mengatakan pesawat-pesawat NATO menyerang pasukan Gaddafi dan depot-depot senjata di barat kota yang dikuasai pemberontak dalam dua serangan, Kamis.

"Sejauh yang kami ketahui, tank-tank T-72, peluncur rudal Grad dan senjata-senjata berat berada di depot-depot itu," kata juru bicara itu Abdulrachman kepada Reuters melalui telepon.

Sebelumnya, Abdulrahman mengatakan pasukan Gaddafi menembakkan sekitar 50 roket Grad buatan Rusia ke Zintan, Kamis.

Dekat perbatasan dengan Tunisia, seorang pemberontak mengemukakan kepada Reuters pertempuran seru berkobar antara pemberontak dan pasukan Gaddafi di daerah desa Ghezaya.

Desa itu terletak antara pelintasan perbatasan Dehiba-Wazin,yang dikuasai pemberontak, dan kota Nalut di mana penduduk mengatakan pasukan Gaddafi menembaki posisi-posisi pemberontak.

Pada Kamis malam satu sumber keamanan Tunisia mengatakan lebih dari 12 peluru mortir ditembakkan dari Libya mendarat dekat Dehiba, satu mendarat dekat waduk yang memamsok air minum ke kota itu.

Saat pertempuran umumnya mereda, Dewan Nasional Peralihan pemberontak mengatakan pihaknya membutuhkan dana tiga miliar dolar pada bulan-bulan mendatang.

Masalah-masalah hukum menunda usah-usaha untuk membuka aset-aset Libya yang dibekukan di luar negeri untuk memungkinkan pemberontak menjual minyak ke pasar-pasar internasional.

Pertemuan di Roma Kamis itu dihadiri para menteri luar negeri dari lebih dari 20 negara serta wakil-wakil dari Liga Arab dan Uni Afrika.

Inggris mengatakan pihaknya tidak punya rencana untuk membantu dana bagi pemberontak karena pihaknya telah memberikan bantuan "sangat penting" pada bantuan kemanusiaan.

Pada satu pertemuan di Tripoli, Kamis, sekitar 2.000 anggota suku yang mewakili 850 suku menuntut penghentian serangan udara NATO dan mengakhiri perang.

Pemberontak yang berusaha menggulingkan Gaddafi setelah 41 tahun berkuasa mengharapkan meraih kemenangan seperti pemberontakan rakyat di Mesir dan Tunisia yang telah berhasil menggulingkan para pemimpin mereka.