Baghdad  (ANTARA Nwews/AFP) - Rangkaian serangan di Irak pada Senin waktu setempat menewaskan enam orang, termasuk seorang Kristen yang mayatnya dimutilasi, sementara 16 orang yang mencakup dua warga Norwegia cedera dalam ledakan bom di Baghdad, kata sejumlah pejabat.

Mayat pekerja bangunan beragama Kristen yang dimutilasi ditemukan di daerah penghasil minyak Kirkuk, Irak utara, setelah ia diculik pada akhir pekan.

Seorang anak laki-laki belia juga termasuk diantara mereka yang tewas dalam kekerasan itu.

Seorang penjaga Irak tewas dalam ledakan pagi hari di daerah timur Baghdad Jadidah, yang juga mencederai orang-orang Norwegia yang bekerja sebagai konsultan di kementerian sumber daya air, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Seorang dokter di rumah sakit Al-Kindi di Baghdad pusat mengkonfirmasi bahwa satu orang tewas dan empat lain, termasuk dua warga asing, cedera dalam ledakan bom itu namun mereka berada dalam kondisi stabil.

Dalam serangan terpisah di Al-Utayfiyah di Baghdad utara, seorang polisi lalu-lintas tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata yang menggunakan senapan dengan peredam suara, kata pejabat kementerian dalam negeri itu.

Juga Senin, bom pinggir jalan yang ditujukan pada ketua dewan provinsi Baghdad Kamil al-Zaidi meledak ketika konvoi politikus itu melewati daerah pinggiran Syiah Kota Sadr.

Delapan orang cedera dalam ledakan itu, namun Zaidi selamat tanpa cedera, kata pejabat itu.

Sebuah bom pinggir jalan lain yang ditujukan pada patroli polisi dekat lapangan Al-Wathiq di Baghdad pusat mencederai empat orang, termasuk tiga polisi.

Di Kirkuk, Ashur Issa Yaqub, seorang Kristen berusia 29 tahun diculik Sabtu dan penculiknya menuntut uang tebusan 100.000 dolar. Ia kemudian ditemukan tewas dengan kepala hampir terputus, kata kepala kepolisian provinsi itu Mayjen Jamal Taher Bakr dan kepala kesehatan Kirkuk Sadiq Omar Rasul.

Juga di Kirkuk, seorang Kurdi tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata tak dikenal di Tuz Khurmatu, sementara di Mosul, Irak utara, penembakan-penembakan terpisah menewaskan seorang prajurit Irak dan seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS).

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.