Doha (ANTARA News) - Televisi Al Jazeera mengatakan, Senin, bahwa seorang wartawatinya telah hilang di Suriah, tempat jaringan berita yang bermarkas di Doha itu telah dituduh membesar-besarkan demonstrasi anti-pemerintah.

Saluran itu menjelaskan mereka telah kehilangah kontak dengan Dorothy Parvez setelah ia tiba Jumat di Damaskus, ibu kota Suriah, dalam satu penerbangan Qatar Airways, dan telah meminta informasi segera dari pemerintah Suriah mengenai tempat keberadaannya.

"Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan, keamanan dan kesejahteraan Dorothy," kata seorang juru bicara saluran berita itu dalam satu pernyataan.

"Kami meminta kerja sama penuh dari pemerintah Suriah untuk menentukan apa yang terjadi di bandara, di mana lokasinya sekarang ini, dan keadaan kesehatannya. Kami membutuhkan kepulangannya selamat ke Al Jazeera dengan segera," juru bicara saluran berita itu menambahkan.

Parvez, 39, memegang kewarganegaraan Amerika, Kanada dan Italia, dan masuk Al Jazeera tahun lalu.

Hampir 100 orang berkumpul di luar kantor Al Jazeera di Damaskus, Sabtu, menuduh jaringan itu "berbohong" dan "Membesar-besarkan" gerakan anti-pemerintah Suriah.

Liputan demonstrasi telah diawasi dengan ketat di Suriah sejak meletusnya gerakan protes di kota Deraa di Suriah selatan pada pertengahan Maret lalu.

Karena sangat sedikit wartawan asing dapat mencapai Suriah, media internasional sangat mengandalkan pada gambar video dan disiarkan oleh demonstran sendiri di media online seperti YouTube.

Media resmi Suriah secara tetap menuduh saluran satelit termasuk Al Jazeera, Al Arabiya, BBC dan France 24 telah "membuat" gambar televisi tanpa memeriksa sumbernya.

Menurut kelompok-kelopok hak asasi manusia, demonstrasi di Suriah makin meningkat setiap harinya, dengan sekitar 560 orang telah tewas dalam bentrokan antara demonstran dan pasukan pemerintah di seluruh negara itu. Selain itu, ratusan orang menurut laporan juga telah ditangkap oleh pasukan yang setia pada Presiden Bashar al-Assad, demikian AFP melaporkan.