Moskow (ANTARA News) - Satu prajurit dan tiga militan tewas dalam bentrokan di republik Dagestan di kawasan Kaukasus Utara Rusia, Minggu, kata komite penyelidik Rusia.

Kekerasan terjadi hampir setiap hari di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan ingin mendirikan sebuah negara Islam dengan hukum sharia, demikian Reuters melaporkan.

Satu prajurit tewas selama operasi anti-teroris di daerah Kizlyar, Dagestan, dan tiga polisi setempat cedera, kata komite itu dalam sebuah pernyataan di situs beritanya www.sledcom.ru.

"Tiga anggota sebuah geng dibunuh oleh pasukan penegak hukum pada pagi hari sekitar pukul 06.00 (pukul 09.00 WIB) di sebuah hutan dekat desa Shoumyan," kata komite itu.

Dagestan adalah sebuah republik milti-etnik di kawasan Laut Kaspia yang dianggap sebagai pusat pemberontakan muslim, satu dasawarsa setelah pasukan federal Rusia menghalau separatis dari kekuasaan di republik tetangganya, Chechnya.

Rusia telah lama menghadapi kekerasan muslim di wilayah selatan negara itu.

Pada 24 Januari, seorang penyerang bom bunuh diri dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terbesar Moskow, Domodedovo.

Moskow berulang kali dilanda serangan pada tahun lalu yang dituduhkan pada muslim garis keras dari wilayah Kaukasus Utara.

Dua pemboman yang dilakukan dua wanita penyerang bunuh diri di metro Moskow pada 29 Maret 2010 menewaskan 40 orang dan melukai lebih dari 100.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.