Baghdad (ANTARA News) - Sedikitnya tujuh orang tewas dalam kekerasan baru di Irak, Rabu, termasuk tiga warga sipil dalam serangan bom pinggir jalan di sebelah selatan Baghdad, kata beberapa sumber medis dan keamanan.

Orang-orang sipil itu tewas dalam ledakan bom sekitar pukul 08.00 waktu setempat (pukul 12.00 WIB) di desa Al-Khanafsa, sebelah utara kota suci Syiah Karbala di Irak tengah, kata seorang polisi.

Belum jelas siapa yang menjadi sasaran serangan itu, yang juga mencederai tiga warga sipil, kata Jamal Abdullah, juru bicara dinas kesehatan provinsi Karbala.

Di sebelah barat kota Mosul, Irak utara, dua supir truk tewas ketika orang-orang bersenjata menyerang konvoi truk di sepanjang jalan raya yang menuju perbatasan Suriah, kata seorang perwira militer Irak.

Di daerah Al-Shaab, Baghdad utara, seorang pegawai departemen perhubungan dibunuh oleh orang-orang bersenjata yang menggunakan senapan dengan peredam suara, menurut seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Dalam pola serangan serupa, perwira polisi Abdulhussein Jassem dibunuh di daerah Qahira di Baghdad utara.

Ledakan-ledakan di Baghdad dan Kirkuk, kota kaya minyak Irak utara yang penduduknya mencakup berbagai etnik, mencederai lima orang, kata beberapa pejabat keamanan.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu, demikian AFP melaporkan.