Lyon (ANTARA News/AFP) - Interpol, Rabu, mengumumkan pembentukan unit pencegahan aksi terorisme nuklir untuk menghadapi ancaman "yang dihadapi semua" bangsa.

Interpol mengatakan bahwa tim baru itu akan secara "krusial" memperluas kegiatan unit anti-bioterorisme Interpol untuk mengawasi ancaman dari bahan kimia, biologi, radiologi, nuklir dan peledak (CBRNe).

Ini akan dilakukan dengan "menggunakan pendekatan terpadu yang memanfaatkan kemitraan internasional dan keahlian di semua sektor," kata organisasi internasional itu dalam konferensi di kantor pusatnya di Lyon, Prancis.

"Sekretaris Jenderal Interpol Ronald K. Noble mengatakan pendekatan terpadu seperti itu" digunakan dalam mengatasi ancaman CBRNe yang dihadapi oleh semua anggota Interpol, 188 negara.

Dia mengatakan bahwa kapasitas destruktif atom yang bisa dilepaskan, sebagaimana disorot dalam krisis nuklir baru-baru ini di Jepang dan pada peristiwa Chernobyl 1986, "tidak hilang pada mereka yang berusaha menggunakannya untuk melakukan aksi teror dan mengancam kehidupan warga yang tidak bersalah.

Interpol mengatakan tujuan utama dari unit baru Pencegahan Aksi Terorisme Radiologi dan Nuklir adalah "untuk membangun kapasitas polisi global untuk mencegah serangan bioteroris di masa mendatang".

Pada tahun 2005 Interpol dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) meluncurkan proyek Geiger untuk mengumpulkan data lengkap tentang perdagangan gelap nuklir dan bahan radiologi serta mengevaluasi ancaman.

Proyek itu mengawasi 2.500 kasus penyelundupan bahan-bahan itu, menurut Interpol.