Sanaa (ANTARA News) - Perjanjian yang disponsori Teluk untuk mengakhiri perselisihan politik berdarah antara Presiden Ali Abdullah Saleh dan oposisi Yaman akan ditandatangani pada Ahad, kata beberapa pejabat oposisi dan partai yang berkuasa negara itu.

"Penandatanganan itu akan berlangsung Ahad di Sanaa," jelas Sultan al-Barakani, pembantu sekretaris jendral Kongres Rakyat Umum yang berkuasa, mengenai perjanjian yang disponsoti oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang memiliki enam anggota itu.

"Kami telah menelpon sekjen GCC dan memberitahu dia bahwa semua pihak telah setuju untuk menandatangani, dan telah mengundangnya untuk datang ke Sanaa," ia menambahkan.

Seorang pejabat oposisi yang berbicara tanpa menyebut nama juga mengatakan bahwa "penandatanganan itu akan berlangsung pada Ahad".

Sekjen GCC Abdullatif al-Zayani meninggalkan Sanaa, Rabu, setelah sumber-sumber yang mengetahui pembicaraan antara pemerintah dan oposisi itu mengatakan bahwa kedua belah pihak telah gagal lagi untuk menandatangani perjanjian pengalihan kekuasaan.

Menurut proposal yang diperantarai Teluk sebagaimana proposal itu sebelumnya diuraikan, Saleh akan meninggalkan jabatannya dalam waktu 30 hari sebagai pertukaran bagi kekebalan dari penuntutan hukum, sebelum pemerintah persatuan nasional dibentuk dan pemilihan untuk memilih presiden baru diadakan setelah dua bulan.

Sumber-sumber politik di Yaman mengatakan bahwa perubahan penting oleh Saleh perihal perjanjian itu terjadi setelah ada tekanan keras dari Washington dan berbagai ibu kota Eropa.

Presiden Barack Obama mengatakan dalam pidatonya Kamis bahwa Saleh "perlu melaksanakan komitmennya untuk menyerahkan kekuasaan".

Demonstrasi mematikan yang meminta pengunduran diri Saleh, yang telah berkuasa sejak 1978, telah mencengkam negara itu sejak Januari.

Saleh sebelumnya bersikeras tidak mau mundur, karena menurut konstitusi masa jabatannya baru akan berakhir pada 2013.

Penandatangan perjanjian sebelumnya gagal ketika Saleh kembali berubah pikiran menolak rencana Teluk itu Rabu malam. Bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan Yaman telah menewaskan sedikitnya 180 orang, demikian AFP melaporkan.