Tunis (ANTARA News) - Perdana Menteri sementara Tunisia Beji Caid Essebsi, Ahad (8/5), menuduh mantan menteri dalam negeri yang terkenal bahwa ia telah berbohong sehingga pantas dihukum setelah memperingatkan tentang kudeta militer.

"Farhat Rajhi adalah pembohong dan semua pernyataannya berbahaya dan tak bertangung jawab dan ia pantas dihukum," kata Perdana Menteri itu di dalam wawancara dengan televisi nasional, yang dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.

Rajhi, di dalam satu wawancara video yang disiarkan di Facebook pada Rabu, mengatakan sebagian anggota elit yang memerintah dan masih berkuasa sedang mempersiapkan kudeta militer, kalau saja partai Islamis, Ennahda (Renaissance) menang dalam pemilihan umum 24 Juli.

"Sejak kemerdekaan, kehidupan politik telah didominasi oleh rakyat Sahel Tunisia", seperti mantan presiden Zina El Abidine Ben Ali --yang digulingkan pada Januari.

Kendati Ben Ali telah terguling, masyarakat itu tak siap menyerahkan kekuasaan, kata Rajhi.

"Jika hasil pemilihan umum mendatang bertolak belakang dengan kepentingan mereka, maka akan terjadi kudeta militer," katanya.

Di dalam wawancara itu, Rajhi juga mengatakan Essebsi telah membahas kudeta militer tersebut selama kunjungannya ke Aljazair pada pertengahan Maret.

"Pencalonan Jenderal Rachid Ammar sebagai Kepala Staf Gabungan pada 18 April hanyalah persiapan bagi kudeta itu," tambah Rajhi.

Essebsi mengatakan pernyataan Rajhi "sudah dipikirkan lebih dulu" dan dimaksudkan untuk menciptakan konflik serta akhirnya mengarah kepada penundaan pemilihan umum.

Ia mengatakan pemilihan umum akan diselenggarakan pada tanggal yang direncanakan dan menyerukan diakhirinya kerusuhan yang berlangsung terus di negeri tersebut, sehingga mengancam ekonomi Tunisia.

Kendati Rajhi telah menarik pernyataannya, pada Sabtu (7/5) Presiden sementara Foued Mebazaa mengumumkan ia telah dipecat sebagai pemimpin Komisi Tinggi Urusan Hak Asasi Manusia dan Kemerdekaan Dasar (HCDHLF).

Rajhi sempat menjadi menteri dalam negeri di bawah pemerintah sementara, yang diangkat pada 27 Januari, dua pekan setelah kejatuhan Ben Ali.

Segera setelah ia memangku jabatan, Rajhi memecat puluhan pejabat tinggi di Kementerian Dalam Negeri, lambang rejim Ben Ali.

Cuma beberapa hari setelah pengangkatannya, ratusan polisi dan pendukung Ben Ali menyerbu Kementerian Dalam Negeri dan mengancam akan membunuh dia.

Gaya bicaranya yang lembut dalam penampilan di televisi membuat dia dihormati oleh banyak warga Tunisia, berdasarkan reaksi di blog dan ruang perbincangan di Internet.

Pembubaran polisi politik, yang ditakuti dan terdiri atas ribuan pembangkang politik di Tunisia, pada Maret juga sangat populer.

Namun pada akhir bulan yang sama, Foued Mezabaa malah memecat dia sebagai menteri dalam negeri.