Tunis (ANTARA News/Reuters) - Pasukan pemimpin Libya Muammar Gaddafi menyembunyikan tank dan artileri serta menggunakan siasat "menembak dan bersembunyi" di Misrata, membuat nihil upaya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memecahkan sepekan pengepungan atas kota dikuasai pemberontak itu.

Meskipun pemboman berulang kali sekutu Barat, tentara Gaddafi terus mengepung kota itu dan pelabuhan pentingnya, membuatnya salah satu medan perang paling berdarah dalam kemelut dua bulan tersebut.

Pemberontak menyatakan pasukan Gaddafi menyembunyikan tank di bangunan dan artileri di bawah pohon, menembak dari daerah berpenduduk dan dekat masjid.

"NATO tidak dapat menyerang tempat itu," kata Safieddin, juru bicara pemberontak di kota tersebut.

Pasukan pemerintah meninggalkan pusat kota untuk pemberontak, tapi bercokol di pinggiran, kadang-kadang menembak dari tempat terbuka dan bergegas bersembunyi di antara bangunan.

"Banyak rumah di sana. Itu tidak padat penduduk seperti Misrata pusat, tapi tetap kota," kata perwira tentara persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO Laksamana Giampaolo di Paula.

"Mereka masih menggunakan siasat menembak dan bersembunyi dan itulah mengapa kami harus terus menurunkan secara tertata daya tembak tentara mereka," katanya.

Dua contoh grafis muncul pada awal pekan ini.

Sesudah dua hari serangan bom NATO, pasukan Gaddafi menghujani bandar itu dengan tembakan senjata berat saat kapal bantuan berlabuh untuk mengungsikan ratusan buruh pendatang Afrika dan melukai warga Libya. Lima orang tewas, kata pemberontak, dan ratusan terdampar di dermaganya.

Pada Sabtu, serangan artileri pasukan Gaddafi menghancurkan empat tangki penyimpanan bahan bakar di Misrata, kata pemberontak, membuat kota itu terancam kekurangan bahan bakar.

"NATO bekerja, tapi pasukan Gaddafi juga bekerja," kata juru bicara kedua pemberontak di Misrata, bernama Abdelsalam.

"NATO lebih berhasil menghancurkan pasukan dan kendaraan tentara bergerak daripada pasukan diam," katanya.

"Setiap tank atau peluncur roket dihancurkan oleh NATO segera diganti. Selain itu, mereka menyembunyikan tank di pasir dan di dalam bangunan serta menembakkan senjata berat dari bawah pohon."

Pemberontak dan penduduk menyatakan penembak runduk pasukan pemerintah dan tentara bayaran, banyak di antaranya pendatang dari sub-Sahara Afrika, yang dipaksa perang dan bersembunyi di gedung, menembak dengan bebas.

Pejabat Libya membantah bahwa pasukan pemerintah menyerang warga di Misrata dan mengatakan bahwa mereka memerangi gerombolan bersenjata terkait Alqaida.

Jalur media terbatas, sehingga sulit memastikan laporan dari medan tempur.

Kelompok hak asasi manusia menyatakan ratusan orang, termasuk banyak warga, tewas dalam pertempuran di Misrata, sekitar 200 kilometer timur ibukota Libya, Tripoli.

Sebagian besar pusat kota di hancur.

Pengulas menyatakan ketidakmampuan NATO membungkam senjata itu menunjukkan batas pertempuran dari udara, seperti ditunjukkan dalam pemboman NATO pada 1999 di Yugoslavia saat itu untuk memaksa Serbia menarik pasukan dari Kosovo. Perlu waktu 78 hari, dan ancaman nyata pasukan darat, sebelum pasukan Slobodan Milosevic mundur.

Perang itu seperti permainan petak umpet, saat pesawat NATO

menghancurkan tank satu demi satu, yang ternyata terbuat dari kardus.

Anggota sekutu NATO tidak memunyai nyali mengirimkan pasukan darat ke negara lain Muslim setelah pengalaman pahit di Irak dan Afghanistan.